Sabtu, 04 Februari 2012

Harimau Sumatera Itu Mati dengan 14 Peluru di Kepala

Ilustrasi harimau mati (Dok: Sindo TV)
Ilustrasi harimau mati (Dok: Sindo TV)

http://news.okezone.comBOGOR - Setelah menjalani perawatan selama dua hari, harimau Sumatera korban perburuan liar di hutan lindung di wilayah Bengkulu, akhirnya mati di Bogor (sebelumnya disebutkan di Jakarta).

Tim medis dari Rumah Sakit Satwa Lembaga Konservasi Eksitu Taman Safari Indonesia (TSI), Bogor, Jawa Barat, berhasil mengambil 14 peluru senapan.

Retno, seorang dokter hewan RS Satwa TSI, Minggu (15/1/2012), mengatakan tim medis berhasil mengeluarkan 14 peluru yang bersarang di kepala hewan langka dilindungi itu. Meski demikian karena luka yang dideritanya sudah sangat parah, nyawa harimau itu tidak bisa diselamatkan. Pada Sabtu pagi kemarin harimau mati.

Selain itu, lanjut Retno, juga ditemukan luka bacokan di bagian punggung, kepala, dan kaki. Kaki harimau itu juga patah akibat jeratan kawat.

Seperti diketahui harimau langka itu ditemukan dalam kondisi terjerat kawat di pepohonan di kawasan hutan lindung di Bengkulu pada Senin 9 Januari lalu. Harimau itu kemudian dibawa ke Bogor untuk dioperasi.

Harimau Korban Jerat Mengalami Stress


http://sains.kompas.comBENGKULU, KOMPAS.com - Kondisi harimau Sumatera (Pantera Tigris Sumatrae) yang terkena jerat di Desa Mangkurajo, Kecamatan Lebong Selatan, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu kini stres dan terdapat sembilan titik luka parah di tubuhnya.
"Harimau ini harus kita rawat dengan intensif dan diperkirakan dibutuhkan ratusan jahitan untuk menutup luka di tubuhnya agar jiwanya selamat," kata dokter hewan Jananta dari Dinas Peternakan Provinsi Bengkulu, Selasa (10/1/2012).
Jananta mengatakan, perawatan harimau itu harus cepat dilakukan mengingat kondsinya lemah sambil menunggu dokter hewan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Erni Suyanti yang masih mengikuti pelatihan di Bogor, Jabar.
Bila terlambat dirawat dikhawatirkan lukanya membusuk dan kondisi binatang ini akan makin stres.
Sementara itu, Kabag Tata Usaha BKSDA Bengkulu Supartono mengatakan, berdasarkan hasil petugas dari lapangan, lokasi jerat harimau itu berada dalam kawasan hutan lindung Gedang Hulu Lais, register 75 perbatasan dengan hutan lindung Bukit Daun atau sekitar dua jam perjalanan dari mess perkebunan kopi PT Indo Arabica.
Di sekitar jerat itu terdapat perambah baru karena kondisi kayunya masih hijau, namun sudah ditebangi dan dibuka untuk perkebunan masyarakat. Akibat pembukaan hutan ini, harimau pun menjadi gelisah.
Supartono menduga kuat jerat itu adalah untuk menangkap harimau karena dilihat dari metode digunakan masyarakat yaitu seling kawat berukuran besar.
"Kalau jeratan ditujukan menangkap babi hutan, jerat cukup menggunakan seling kecil saja," tambahnya.
Selain kena jerat, harimau berbobot 75 kilogram dan berusia sekitar 5-6 tahun itu tampak ditombak beberapa kali.
Petugas menemukan enam mata tombak babi di sekitar tempat kejadian perkara, namun upaya membunuh harimau itu gagal.
Supartono juga memperkirakan, harimau malang itu kena jerat sejak empat hari lalu, melihat dari kondisi darahnya yang mengering dan lukanya yang mulai dikerumuni lalat agak membusuk. 

Butuh Waktu 1,5 Jam Jinakkan Singa Lepas di Solo

Oni, singa di TSTJ dibius setelah menerkam onta (Foto: okezone/Genta Wahyu)
Oni, singa di TSTJ dibius setelah menerkam onta (Foto: okezone/Genta Wahyu)
SOLO - Dokter hewan Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo, Jawa Tengah, Nuraini, mengatakan dibutuhkan waktu 1,5 jam untuk menjinakkan Oni, singa berusia lima tahun yang kabur dari kandangnya.

Menurut Nuraini, pihaknya harus mengosongkan atau mensterilkan taman satwa dari pengunjung sebelum membius singa sumbangan dari Kebon Binatang Surabaya itu.

Beruntung, singa tidak sampai melukai pengunjung. Hanya dua ekor onta yang diserang. Seekor di antaranya mati.

“Singa ini belum sempat memakan onta. Luka pada onta bisa dilihat mulai dari paha, perut, dan kepala. Tapi yang parah dan menyebabkan onta ini mati pada perutnya,” jelas Nuraini.

Seperti diketahui, Oni kabur dari kandangnya yang tidak terkunci sekira pukul 11.00 WIB siang tadi. Hewan karnivora itu langsung ke kandang onta yang berjarak sekira 50 meter.http://news.okezone.com

Induk dan Anak Gajah Terluka Jadi Tontonan Warga

REPUBLIKA.CO.ID,BENGKALIS--Seekor induk gajah Sumatera yang terluka terlihat berkeliaran bersama anaknya di sekitar perumahan Cendana Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau.

"Hewan itu bersembunyi di belukar, kakinya terluka," kata seorang warga, Agung Marsudi, Sabtu. Gajah tersebut terluka diduga akibat terkena jerat di kakinya yang membuat gajah kesulitan bergerak untuk mencari makan. Agung mengatakan, gajah itu berkeliaran dekat permukiman sejak Jumat lalu (3/2).

"Gajahnya tak berani keluar dari semak, mungkin karena banyak warga yang menontonnya," ujarnya.

Keberadaan gajah yang terluka itu sebenarnya sudah terdeteksi sejak November tahun lalu. Agung mengaku sangat menyayangkan petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau yang lamban melakukan tindakan.

"Petugas BBKSDA sudah kami kabari dan semoga kali ini responnya lebih cepat, karena mereka yang harusnya lebih paham untuk menyelamatkan gajah itu," katanya.

Seekor induk gajah liar terluka parah di kaki kiri bagian depan akibat jerat yang dipasang warga di kawasan Suaka Margasatwa Balai Raja, Desa Pinggir, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis.

Gajah yang diperkirakan berusia 20 tahun itu tertinggal dari rombongannya dan saat ini bersama anaknya yang berusia dua tahun. Luka di kaki hewan itu sudah membengkak dan infeksi.

Daerah Kecamatan Mandau, Bengkalis, sebagian besar masuk dalam Kawasan Suaka Margasatwa Balai Raja yang selama ini merupakan daerah konflik gajah Sumatera (elephas maximus sumatranus) dan manusia. Diperkirakan ada sekitar 40 ekor gajah liar yang berada di kawasan konservasi tersebut.

Gajah dan manusia seringkali berkonflik karena hutan di daerah tersebut makin menyusut, berganti rupa menjadi kebun kelapa sawit dan permukiman. Pada tahun 2011 tercatat ada dua ekor gajah Sumatera liar yang mati akibat racun di daerah tersebuthttp://www.republika.co.id

Komunitas Vegetarian di Padang

DEMI  KESEHATAN: Niadi Kurniawan dan Hanura Rusli.
Gaya hidup vegetarian lagi tren di Padang. Pola makan berpantang makan daging atau mengonsumsi apa pun yang berasal dari hewan itu, menjadi pilihan cara hidup sehat, murah dan mencintai lingkungan sebagian orang.

Dengan alasan menjaga kesehatan dan faktor spiritual, Niadi Kurniawan, 33, memilih menjadi vegetarian sejak 15 tahun lalu. Dia hanya mengonsumsi makanan dari tumbuhan, biji-bijian, dan buah-buahan. Bahkan secara telaten, dia mengolah sendiri makanannya dari bahan-bahan tersebut.

“Sejak awal memang sudah niat mau jadi vegetarian,” kata Niadi, yang juga Ketua Indonesian Vegetarian Society (IVS) Padang itu kepada Padang Ekspres kemarin (3/2).

Niadi sudah lama berniat untuk vegetarian karena merasa enek dengan daging. Niat itu pun kesampaian pada 1997, awal dia memulai kehidupan barunya tanpa daging.

Awalnya, Niadi mengaku cepat lapar dengan hanya mengkonsumsi nasi dan sayuran. Untuk mengecoh perutnya, Niadi mengonsumsi buah-buahan. Lama-lama, pola makan itu menjadi rutinitas yang tidak bisa dipisahkan dari hidupnya.

Kaum vegetarian didorong keinginan kuat untuk hidup sehat dengan menghindari konsumsi hewani. Konsumsi hewani cenderung menimbulkan penyakit seperti penyakit jantung, kanker, hipertensi, dan obesitas.

Istilah vegetarian tercetus pada tahun 1847. Berasal dari bahasa Latin, vegetus, yang artinya keseluruhan, sehat, segar, hidup. Kata vegetarian pertama kali digunakan secara formal pada 30 September tahun itu oleh Joseph Brotherton  di Northwood Villa, Kent, Inggris.

Nama itu kemudian terus populer di seluruh dunia dengan bermunculannya organisasi nirlaba vegetarian dengan anggota yang bertambah terus menerus. Di Indonesia IVS muncul secara resmi pada 8 Agustus 1998, dan bergabung dengan International Vegetarian Union (IVU) setahun kemudian.

“Di Padang anggotanya sekitar 500 orang,” kata Niadi. Dia menyebut ada tiga jenis vegetarian. Pertama, Lacto-Ovo vegetarian, yakni mereka memakan sayuran, biji-bijian, dan buahan, termasuk susu dan telur. Kemudian Lacto vegetarian, yakni mereka yang mengonsumsi sayuran, biji, buahan dan susu saja. Terakhir, vegan yaitu mereka yang hanya mengkonsumsi sayuran, biji-bijian, dan buah-buahan.

Niadi menyebut untuk makanan vegetarian sudah tersedia di mini market dalam berbagai bentuk. Mulai dari nugget, hingga bentuk-bentuk lain yang semuanya berasal dari sayur. Untuk konsumsi pribadi, dia lebih suka mengolah sendiri makanannya.

“Karena kita lebih tahu nilai gizi, serta kebutuhan protein, karbohidrat, dan yang lain,” tambah Hanura Rusli, 50, anggota komunitas lainnya.
Upaya mencegah berbagai penyakit itu pula yang membuat Hanura memilih menjadi vegetarian. Meski tidak vegetarian murni, dia yakin dengan pola hidup demikian mampu menghindarinya dari berbagai penyakit.

“Vegetarian itu, tanggung jawab seseorang untuk menjaga diri. Termasuk tanggung jawab keseimbangan, terhadap hewan dan juga tumbuhan,” jelasnya.

Vegetarian atau makanan nabati juga sesuai dengan imbauan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) agar manusia mengurangi konsumsi hewani dan lebih memperbanyak mengonsumsi nabati karena lebih ramah lingkungan.

Apalagi, peternakan hewan menyumbang kontribusi terbesar terhadap global warming. Food Agriculture Organization (FAO) mencacat peternakan berkontribusi terhadap gas rumah kaca sebesar 18 persen. Sedangkan dari sektor lain seperti transportasi udara, laut dan darat hanya berkontribusi sekitar 13 persen.

Dengan mengkampanyekan vegetarian, berarti IVS telah mengurangi global warming. “Saya merasakan betul perubahannya sejak vegetarian, tubuh makin bugar. Rasanya juga tambah muda,” ucapnyahttp://padangekspres.co.id

Minggu, 29 Januari 2012

XI Ipa 3 adalah kelas yang sangat menyenangkan ,disana saya dapat menemukan teman teman yang sangat kocak dan menghibur.
Kekompakan dan kerjasama juga terjalin di xi ipa 3,saya juga mendapatkan salah satu sahabat yang sangat baik.Dia selalu mengerti tentang perasaan saya .
Di ipa 3 saya duduk bersama dewi sari,anaknya kocak dan peribut,jadi saya gak terlalu bosan duduk dengannya meskipun sangat menjengkelkan tingkah lakunya.

Sabtu, 28 Januari 2012

Populasi Badak Jawa Tercatat 35 Ekor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Jumlah Badak Jawa (Rhinocheros Sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Banten, diperkirakan 35 ekor. Jumlah tersebut berdasarkan monitoring terakhir dengan menggunakan teknologi 'video trap'.
Kementerian Kehutanan menargetkan jumlah populasi Badak Jawa mencapai 70-80 ekor pada 2015. Menteri Kehutanan (Menhut) Zulkifli Hasan menyatakan komitmen dan upaya bersama dibutuhkan dalam mengkonservasi dan meningkatkan populasi Badak Jawa.
"Sudah menjadi tanggung jawab kita semua agar secara bersama-sama mendukung konservasi Badak Jawa," katanya saat memberi sambutan pada pemaparan hasil monitoring populasi Badak Jawa di TNUK.
Dalam kesempatan tersebut, Menhut juga menerima kerangka Badak Jawa dari tim monitoring. Didampingi Sekjen Kemenhut Hadi Daryanto dan Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kemenhut Darori, Menhut juga memberi penghargaan kepada beberapa pakar konservasi badak.
Menteri menegaskan Badak Jawa sebagai hewan yang harus dilindungi. Apalagi, populasinya di habitat aslinya sangat sedikit. Dia menyatakan kawasan hutan yang menjadi habitat asli satwa dilindungi di Indonesia itu mengalami tekanan akibat dinamika pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi.
"Kenaikan harga komoditas memicu terjadinya perambahan di kawasan hutan,'' kata dia.